PERKEMBANGAN DALAM PEMBELAJARAN
Jean Piaget dikenal
dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang mencerminkan adanya
kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Bayi lahir dengan refleks
bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang
lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak, anak belum mempunyai konsepsi tentang
objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan
indranya. Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum
dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan
masyarakat di dalam perkembangan kognitif lebih banyak menekankan peranan orang
dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti
kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak
tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir
dan menyelesaikan masalah. Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam
teori Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya pokok
bahasan pendidikan dan budaya
.TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan,
sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal
balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial,
yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial,
dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem
mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
a.
Kematangan
Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu
akan membatasi secara luas prestasi secara
kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
b.
Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia
luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik
itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi
individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
c.
Interaksi
Sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan
pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur
kognitif
d.
Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri
(ekuilibrasi), mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan
maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang
menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
Dalam pandangan
Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan
menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema
adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri
terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget (1952)
mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
1. Asimilasi adalah
proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini
bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya.
2. Akomodasi adalah
bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema
akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
Piaget membagi
perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
1.
Periode
sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi anak yang berada
pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan
sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan
dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya.
Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya
terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat.
Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan
dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang.
Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik kedalam symbol-simbol, misalnya
mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
2.
Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap ini adalah tahap
persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak
lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis,
sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra
operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu
kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri
anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau
lebih secara bersamaan.
3.
Periode
operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Pada umumnya anak-anak
pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda benda konkrit.
Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk
mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang
yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini
(karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di
hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.
4.
Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini
sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan
menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak
mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah
memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
C. TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY
Seperti Piaget,
Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka.
Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi
sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih
sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang
penolong yang ahli.
1.
Konsep
Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan
Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit
dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan
bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori
Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial
development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah
dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara
mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima
oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah
menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan
anak.
2.
Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan
tingkat dukungan. Scaffoldingadalah istilah terkait perkembangan
kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan
selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan
sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD.
Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan
spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan
bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
3.
Bahasa
dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak
menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk
membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada
usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor
perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya
berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal
dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat
transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
D. KEGUNAAN KOGNITIF
DALAM PEMBELAJARAN
Melalui pandangan ahli tersebut, tenaga pendidik
dalam menyiapkan atau merancang kegiatan pembelajaran disesuiakan dengan
perkembangan kognitif peserta didik sehingga pelaksanaan pembelajaran yang
diberikan sesuia dengan “apa maunya peserta didik bukan apa maunya pendidik”.
Dengan mengenal perkembangan kognitif peserta didik, bahan ajar dan
contoh-contoh yang disiapkan akan membantu peserta didik untuk memahami dan
mencerna sesuai dengan pengalaman mereka. Di samping itu, penggunaan metode
yang tepat akan membantu peserta didik untuk aktif dalam memberikan
gagasan-gagasan yang inovatif dan kreatif. Jika
pendidik tidak memahami dan mengenal perkembangan peserta didik maka
pembelajaran yang sajikan merupakan sebuah
kesalahan yang sangat fatal karena telah menghambat perkembangan peserta didik,
baik dari segi intelegensi, spiritual maupun emosinal
peserta didik.